Liquidity Ratio-Mampukah usaha kamu membayarkan kewajibannya?
|Solusis, minggu lalu kita sudah berkenalan dengan salah satu rasio keuangan yang dapat membantu kamu dalam mengenali dan memahami kondisi keuangan usaha kamu, yakni rasio profitabilitas. Sebagai review singkat, rasio profitabilitas adalah rasio keuangan yang menilai kondisi keuangan usaha kamu dengan profit atau laba yang diperoleh usaha kamu dalam suatu periode tertentu. Nah tentunya, kondisi keuangan tidak hanya dapat dinilai dari keuntungan kan, pastinya ada banyak indikator lain yang dapat digunakan. Kali ini, yuk berkenalan dengan Rasio Likuiditas (Liquidity ratio)!
Sebelumnya, mari pahami apa itu likuiditas. Liquidity ratio kemudian berarti rasio kemampuan tersebut dengan utang atau liabilitas yang dimiliki oleh perusahaan.
Analisis liquidity ratio dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Melakukan analisis rasio likuiditas secara internal, dengan membandingkan laporan akuntansi dari periode ke periode bisnis perusahaan, akan memberikan gambaran secara kasar terkait perkembangan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Idealnya, seiring berjalannya waktu, kemampuan likuiditas perusahaan meningkat. Hal ini akan mengindikasikan bahwa perusahaan te
rus bertumbuh. Selain itu, analisis rasio likuiditas dapat dilakukan secara eksternal, yakni dengan membandingkan rasio likuiditas perusahaan dengan perusahaan lain. Hal ini baik dilakukan untuk memahami posisi perusahaan terhadap kompetitor sejenis di dalam industri yang sama.
Terdapat beberapa rasio likuiditas yang dapat lakukan, yakni current ratio, quick ratio, dan cash ratio.
1. Current Ratio
Current ratio, atau rasio lancar dalam bahasa indonesia, adalah rasio likuiditas yang menggunakan seluruh aset dan liabilitas yang dimiliki perusahaan. Artinya, rasio ini didapatkan hanya dengan membagi current assets dengan current liability perusahaan. Seharusnya, karena ini adalah indikator yang paling sederhana, perusahaan memiliki rasio lebih dari 1. Jika iya, maka perusahaan dapat dikatakan dalam kondisi keuangan yang cukup baik.
2. Quick ratio
Quick ratio, biasa disebut juga acid test, atau rasio cepat dalam
bahasa indonesia. Tidak jauh berbeda dengan current ratio, quick ratio juga menggunakan perbandingan aset dan liabilitas sebagai penentu nilainya. Hanya saja, aset yang masuk dalam perhitungan untuk quick ratio hanyalah aset dengan karakteristik tertentu. Aset yang termasuk harus mempunyai kemampuan untuk diuangkan secara cepat, sesuai namanya, yakni quick ratio. Contoh aset yang termasuk dalam karakteristik ini adalah uang, accounts receivables (transaksi pelanggan yang sudah terjadi namun belum dibayarkan), dan sekuritas yang dapat dipasarkan. Aset yang tidak termasuk dalam quick ratio adalah inventaris serta pengeluaran yang dibayar di muka. Maka dari itu, quick ratio akan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban bayarnya dalam yang harus dibayarkan dalam waktu singkat.
3. Cash Ratio
Cash Ratio membawa rasio likuiditas lebih lanjut lagi, yakni hanya memasukkan aset-aset yang paling likuid, yaitu uang dan sekuritas. Kedua aset ini adalah aset-aset yang memang langsung dapat dipakai perusahaan jika ada kewajiban bayar dalam jangka pendek. Formulanya masih sama, yakni aset dibagi liabilitas, namun seperti yang dijelaskan di atas, aset yang termasuk hanya uang dan sekuritas.
Seperti yang mungkin Solusis sudah bisa bayangkan, cash ratio dan quick ratio memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dibandingkan dengan current ratio. Sehingga, jangan kaget jika nilai rasio yang didapatkan dari kedua metode analisis terakhir lebih kecil dibandingkan current ratio.
Nah, Solusis, untuk menghasilkan analisis likuiditas dibutuhkan pencatatan keuangan yang rapih dan tertata. Pencatatan aset, liabilitas, transaksi yang terjadi, pengeluaran, dan lain sebagainya adalah hal yang mutlak untuk dilakukan untuk menjalankan sebuah usaha. Walaupun terdengar sulit, Solusis dapat memakai software akuntansi SAS dari SOLUSI, coba gratis selama 30 hari di sini!